Cerita Pengusaha Sukses yang Pernah Jualan di Kaki Lima

3
2382
Cerita Pengusaha Sukses yang Pernah Jualan di Kaki Lima

Setiap orang yang baru memulai sebuah bisnis pasti pernah mengalami masa-masa buruk. Mental “down”, keinginan untuk berhenti tinggi, merasa gagal terus dan sebagainya. Wajar… saya pun pernah merasakannya juga.

Biasanya kalau sudah merasa “down”, saya menyempatkan diri untuk membaca kisah-kisah atau cerita sukses pengusaha yang mampu bangkit dari kegagalan. Bisa dari buku, dari tabloid atau dari cerita teman-teman seperjuangan saya.

Nah, berhubung Anda sudah menemukan blog bisnis dan investasi yang tepat (*cieleee), Anda tidak perlu repot-repot lagi mencari artikel pengusaha sukses yang bisa membangkitkan semangat Anda seperti yang saya lakukan.

Cukup dengan mengikuti Dokter Bisnis [.] net, Anda pasti akan menemukan artikel-artikel pengusaha sukses yang bisa ikut “menyemangati” Anda untuk bangkit dari kegagalan, ho..ho..ho.. Oleh sebab itu, artikel yang saya tulis kali ini adalah artikel yang membahas tentang cerita pengusaha sukses yang pernah memulai bisnisnya dari kaki lima.

Siapa profil pengusaha muda sukses tersebut? Adalah seorang pengusaha mebel yang sudah memasarkan produknya mulai dari daratan Eropa hingga Amerika. Namanya Heru Purnomo, laki-laki yang dilahirkan kira-kira 48 tahun yang lalu ini berhasil sukses di usaha mebel yang ia geluti sejak tahun 2002.

Sebenarnya pria kurus berkaca mata ini mulai mengenal dunia usaha semenjak ia menyelesaikan kuliahnya di teknik sipil UGM pada tahun 1998. Padahal Anda tahu kan, saat itu adalah saat di mana Indonesia mengalami krisis moneter yang sangat dahsyat. Tapi hal itu tidak menghalanginya untuk tetap terjun menggeluti dunia bisnis.

Bahkan di saat itu ia memutuskan untuk menjadi pemborong untuk membangun rumah secara personal. Sebuah usaha yang pada waktu sangat beresiko, mengingat daya beli masyarakat di masa itu sangat rendah.

Sayangnya, usaha ini ia jalankan mulai tahun 1999 berhenti di tahun 2004. Hanya saja di sela-sela ia menjalankan usaha kontraktornya ini, Heru mencoba peruntungan lainnya dengan menjalankan bisnis makanan jepang.

Ia membuka warung masakan Jepang-nya di sepanjang jalan kaliurang dekat UGM dengan bantuan seorang koki yang ia datangkan dari Jakarta. Tak disangka, usaha kaki lima yang ia rintis berkembang pesat.

Hingga akhirnya ada seseorang yang tertarik dengan usahanya kemudian menawarinya bekerjasama. Mereka pun sepakat untuk mendirikan rumah makan masakan Jepang di pinggir jalan besar dengan nama “Mia Sama”.

Model kerjasamanya adalah profit sharing dengan ketentuan 75% untuk pengelola dan 25% untuk investor. Setelah berjalan beberapa tahun, akhirnya datang juga badai besar bernama “follower”. Usaha sejenis mulai muncul dan menjamur di kota Jogja. Dengan tingkat kompetisi yang tinggi, perang harga antar sesama penjual tidak bisa dihindarkan.

Pada tahun 2005 Heru akhirnya memutuskan untuk berhenti dan menyerahkan usahanya ini kepada kokinya. Apakah Heru menyerah begitu saja setelah usaha masakan Jepang nya “runtuh”? Tentu tidak !!

Ternyata lagi-lagi pada saat menjalankan usaha masakan Jepang-nya, Heru pernah mencoba-coba usaha furniture pada tahun 2002. Saat itu ia bekerjasama dengan kakaknya yang berprofesi sebagai desain interior pada tahun 2002.

Setelah menjalani usaha furniture beberapa tahun, Heru merasa cocok dengan usahanya yang satu ini. Pada tahun 2005, Heru memutuskan untuk total berbisnis furniture dengan mendirikan perusahaan sendiri dan meninggalkan bisnis masakan Jepang miliknya.

Di sinilah “soul-nya” muncul. Ia mulai fokus mengembangkan usaha furniture barunya. Pemasaran adalah hal pertama yang harus ia selesaikan. Ia memutuskan untuk menititikberatkan pemasarannya pada pasar ekspor.

Jadi Heru rajin mengikuti even pameran produk. Dan even yang ditunggu-tunggu adalah PPE, Pameran Produksi Ekspor. Acara ini diselenggarakan hanya setahun sekali di Jakarta, sehingga Heru benar-benar memaksimalkan event ini walaupun ia harus membayar “mahal”.

Untuk tiap meter stand, Heru harus membayar 1,3 juta rupiah. Jadi ia bisa menghabiskan 20 juta rupiah per 4 hari-nya untuk biaya sewa stand. Selain rajin mengikuti pameran produk, Heru juga memasarkan produknya lewat internet… sebuah taktik marketing yang cukup cerdas.

Dengan kerja kerasnya, akhirnya Heru berhasil memasarkan produknya ke Turki, Spanyol, Amerika, Italia, Australia, Prancis dan masih banyak lagi negara yang lainnya.

Heru juga mengaku bahwa ia menyukai pembeli dari luar negeri karena pembayaran yang lancar. Biasanya mereka pesan barang dengan memberikan DP, barang jadi dikirim, dicek oleh buyer, barang sesuai pesanan dan pembayaran segera dilunasi.

Biasanya untuk pasar luar negeri, ia hanya mengambil keuntungan sekitar 15% untuk buyer yang telah dikenal atau yang biasa berbelanja di Indonesia. Bagi buyer yang belum dikenal, Heru mengambil keuntungan hingga 30% karena resiko kehilangannya lebih besar. Ia juga selalu mererapkan dua harga, yaitu harga gudang dan harga FOB.

Ia juga mulai membidik pasar domestik sebagai langkah untuk mengurangi resiko apabila pasar luar negeri anjlok akibat menurunnya daya beli masyarakat di sana. Dan belum lama ini, ia mendapatkan order untuk desain interior hotel Mustika Ratu Sheraton, dan Shantika. Luar biasa kan langkah pengusaha sukses di indonesia yang satu ini?

Oh iya… beliau juga berbaik hati untuk membagikan kiat-kiat usaha yang ia praktekkan dalam menghadapi persaingan di usaha furniture :

  1. Pasar adalah yang utama dan yang pertama.
    Cari pangsa pasar terlebih dahulu sebelum Anda melakukan produksi. Setelah mendapatkan pesanan, baru Anda memulai usaha furniture dengan cara bekerjasama dengan bebera[a suplier furniture. Untuk memastikan produk sesuai pesanan, Anda harus ikut mengawasi jalannya produksi dari pihak pemasok. Setelah dirasa cukup baik modal dan pengalaman, barulah Anda mulai mencoba memproduksi sendiri.
  2. Cari margin yang tinggi untuk mendapatkan keuntungan.
    Kita bisa menetapkan harga yang tinggi jika memperhatikan dan menjaga kuailitas produk maupun pelayanannya. Heru sedikit mengkritisi kebijakan pengusaha meubel yang cenderung menurunkan harga dengan mengedepankan prinsip “yang penting barangnya laku”. Beliau juga menambahkan bahwa tidak harus menurunkan harga untuk mendapatkan pasar. Yang penting karya Anda inovatif.
  3. Jangan lupakan hak paten.
    Pernah juga Heru bekerjasama dengan pengusaha Eropa untuk mematenkan desain produk miliknya. Dalam kerjasama ini Heru mendapatkan royalti dari setiap produk yang dipasarkan di Eropa yang menggunakan desainnya. Walaupun Heru mengakui cukup sulit untuk mendapatkan hak paten untuk desain, tetapi ia sangat menyarankan hal tersebut. Untuk memelihara hak paten ini biasanya Anda akan dikenakan tarif 2 juta untuk setiap tahunnya. Tetapi harapannya, hal itu bisa sedikit melindungi karya cipata Anda. Hanya saja Anda harus tahu “beberapa kelemahan” dari hak paten. “Agak sulit untuk mengklaim bahwa seseorang mengambil desain dari kita. Karena diubah sedikit saja sudah beda walaupun coraknya sama”, kata Heru. “Walaupun kita punya patennya cukup sulit juga menuntut orang, kecuali benar-benar menjiplak secara persis”, pungkas Heru mengakhiri pembicaraan.

Bagaimana cerita pengusaha sukses di atas? Cukup menginspirasi kan? Jadi buat Anda yang lagi “down”, tetap semangat. Selalu ada saatnya sebuah badai akan mereda… Selamat berjuang !!

(sumber gambar artikel kisah sukses pengusaha muda : gregandfionascott.com)

3 COMMENTS

  1. setip perjalanan selalu dimulai dari langkah pertama, dan langkah pertama tidak harus hebat, yang hebat ada;ah ke istiqomahanya. sanget mengisnpirasi

  2. orang berjalan harus dimulai dari langkah pertama, dan langkah pertama tidak harus hebat, yang hebat ada;ah ke istiqomahanya. sanget mengisnpirasi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

twelve − 3 =