Liputan Khusus : Peluang Usaha Baru, Bisnis Taksi Motor

13
2101

Ada yang pernah tahu usaha taxi motor? Sebenarnya bisnis taxi motor ini sudah ada yang menjalankannya, tapi baru segelintir orang yang menekuninya. Usaha taksi motor merupakan pengembangan dari profesi ojeg yang biasa anda lihat.

Hanya saja usaha taksi motor ini dibuat lebih profesional dan bersistem seperti layaknya taksi mobil. Nah, kebetulan saya punya teman yang merintis usaha taksi motor tersebut (kok kebetulan terus ya… :)).

Dan enaknya, beliau berkenan membagikan pengalamannya. Jadi anda nggak perlu repot-repot membayangkan seperti apa sih usaha taksi motor itu.

Eniwei, masih ingat tulisan tentang tips usaha makanan tempo lalu? Di situ saya singgung nama mas Yanuar Gajaksahda.  Nah, mas Yanuar inilah teman saya yang merintis usaha taksi motor tersebut. Ia pendiri usaha TRANSMOJO, singkatan  dari Transportasi Motor Jogja.

Mas Yan menangkap peluang ini karena melihat adanya celah penggabungan antara taksi mobil dengan ojeg yang manfaatnya dicari oleh konsumen.  “Awal mulanya saya mendirikan usaha Transmojo ketika saya tidak memiliki dana untuk sehari-hari. Pada saat itu saya berpikir untuk menjadi tukan ojeg. Namun saya berpikir apa saya bisa dipercaya sebagai tukang ojeg“, jelasnya.

Katanya, kelemahan ojeg selama ini di mata konsumen adalah kurang aman karena statusnya driver tidak diketahui dan konsumen sering kali merasa ditipu karena tarif terlalu tinggi. Sedangkan untuk taksi mobil, kelemahannya pada harga.

Story-nya mas Yan mengawali usaha ini cukup “berdarah-darah”. Ia meminjam motor temannya untuk antar jemput penumpang. Tapi orangnya selalu punya ide yang kreatif, ulet dan pekerja keras.

“Dulu motor yang saya miliki cuma Honda ASTREA 800. Kalau untuk antar jemput penumpang, kondisi motor saya sangat tidak nyaman untuk penumpang. Untuk itu, saya berusaha meminjam motor teman jika ada penumpang yang mau diantar jemput“, kenang Yanuar.

Lha terus sistem operasionalnya gimana? Begini, Transmojo saat ini hanya menggunakan driver freelance, dimana driver akan dipanggil jika ada panggilan saja. Sistem call centre juga diterapkan. Jadi penumpang tinggal “call” saja, driver langsung jemput dan diantar ke lokasi tujuan.

Sistem komisinya, 70% masuk kantong driver, sisanya yang 30% masuk perusahaan. Transmojo biasa menggunakan 1 armada yang bisa dikendarai 2 driver dengan sistem shift. Rencananya, setelah perusahaan stabil, Transmojo akan menerapkan sistem operasional seperti taksi mobil.

Anda tahu kan sistemnya taksi mobil? Taksi mobil memberlakukan setoran tetap harian. Menginjak ke masalah berikutnya, potensi pasar. Kalau kata mas Yan, usaha taksi motor ini prospeknya cukup cerah. Terutama jika diaplikasikan di kota-kota yang akses transportasi umumnya sangat minim.

Bisa juga diterapkan di kota-kota besar yang memiliki kepadatan penduduknya sangat tinggi. Apalagi kalau daerah anda mempunyai potensi wisata yang tinggi. Tapi sebaiknya anda harus melakukan riset pasar terlebih dahulu. Caranya bisa anda baca disini.

“Saya melihat potensi wisata di Kota Jogja sangatlah bagus. Dan saya memikirkan bagaimana usaha taksi motor ini dapat melayani wisatawan yang berpergian sendiri“, kata mas Yanuar.

Sebagai gambaran, layanan wisata Transmojo tidak hanya pada layanan antar jemput penumpang. Mas Yanuar memperluas kegunaan layanannya. Ia memiliki 2 paket wisata, yaitu paket 8 jam dengan biaya 80 ribu, dan paket paket 16 jam dengan biaya 150 ribu. Biaya paket wisata ini sudah termasuk BBM dan driver. Keren kan?

Selain itu, Transmojo juga melayani jasa antar jemput barang. Entah mengantarkan pesanan makanan, barang, surat atau apapun juga dengan keamanan yang terjamin.

Terus modalnya berapa? Investasi paling besar modal dari bisnis taksi motor jatuh di pembelian motor. Paling tidak anda harus beli motor produksi tahun 2000 keatas. Harganya berkisar 7-8 juta.

Lalu anda menambah beberapa aksesoris seperti whilseal (penutup depan) dengan harga 50 ribu – 75 ribu, stiker motor dengan biaya 60 ribu serta perlengkapan pemasaran seperti kartu nama (35 ribu) dan brosur sebesar 250 ribu. Kalau untuk perawatan motornya, anda bisa menganggarkan 50 sampai 150 ribu per bulan, tergantung kerusakannya.

Di bawah ini anda bisa lihat simulasinya dengan menggunakan asumsi 3 motor. Target penumpangnya adalah 8 orang per hari untuk tiap driver-nya, target barang yang diantar adalah 2 orang per hari untuk tiap driver-nya dan target layanan wisatanya adalah 5 kali sebulan juga per driver-nya.

Pemasukan
Layanan antar jemput : Rp. 80.000,00 x 3 motor x 30 hari = Rp. 7.200.000,00
Layanan antar barang : Rp. 20.000 x 3 motor 30 hari = Rp. 1.800.000,00
Layanan wisata : Rp. 80.000,00 x 3 motor x 5 kali = Rp. 1.200.000,00
Total Pemasukan = Rp. 10.200.000,00

Pengeluaran
Komisi Driver : 70% x Rp. 10.200.000,00 = Rp. 7.140.000,00
Service Motor : Rp. 50.000,00 x 3 = Rp. 150.000,00
Telepon, Administrasi dan Perlengkapan : Rp. 250.000,00
Biaya Promosi dan Iklan = Rp. 510.000,00
Total Pengeluaran = Rp. 8.050.000,00

Keuntungan bersih
Rp. 10.200.000,00 – Rp. 8.050.000,00 = Rp. 2.150.000,00

So, bagi anda yang lagi berkunjung ke Jogja entah buat urusan bisnis atau sekedar cari angin, hubungi Transmojo saja, solusi taksi motor Jogja. Dijamin memuaskan layanannya, insya Allah. Kalau nggak, tonjok aja mas Yanuar…just kidding, he..he..he.. Atau anda malah tertarik menjalankan ide bisnis baru ini?

13 COMMENTS

  1. Saya tinggal di Jogja, pernah lihat taksi motor papasan di jalan dan ga nyangka ternyata bisnis taksi motor bisa booming juga ya 🙂 coz sempat sanksi karena di Jogja klo ga salah ada 7ribu-8ribuan motor baru yang terjual setiap bulannya, salut buat Transmojo.
    Jadi semangat nih buat ngembangin bisnis aksesoris saya, makasih artikelnya Dok ^_^

  2. mas nip nap saya mau tanya utk usaha yang harga bahan bakunya naik turun gmn mas solusinya..ni kebetulan banyak rekan2 yg usahanya seperti itu bingung solusinya bagaimana. karena hubungannya dengan kulakan barang dagangan berikutnya. kalo turun mungkin ya syukur kalau naik khan susah mas.

    • @Demitri : coba cari alternatif pemasok bahan baku. Bisa juga dengan mengalokasikan biaya saat harga bahan baku turun dimana alokasi biaya tadi digunakan saat bahan baku naik. Atau dengan memodifikasi bahan baku tersebut dengan tambahan yang lain. Seperti contoh, saat pakan naik, digunakan alternatif pakan yang bukan dari buatan pabrik. Terakhir…mau nggak mau harga jual produknya dinaikkan kalau memungkinkan. Btw, anda ini jualan apa dan bahan bakunya apa ya? lha kalau saya nggak tahu kan solusinya jadi ngambang… 🙂

  3. Ada yang salah sama hitungannya. Bensin tidak masuk dalam biaya operasional mas? Bisa nombok itu jatuhnya 🙂

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

two × five =